Tuesday, September 18, 2007

Indah harusnya malu

Warga Pondok Indah Minta Kejelasan Amdal

Warga Pondok Indah (PI), Jakarta Selatan (Jaksel) tetap menuntut kejelasan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) pembangunan Busway Koridor VIII (Lebak Bulus-Harmoni) pada pertemuan warga dengan aparat Pemkot Jaksel di Balaikota Jaksel, Senin (17/9). Namun, pertemuan tidak membuahkan hasil (deadlock).

"Warga tetap bertahan menolak pembangunan koridor busway di daerah kami, sementara Wali Kota Jaksel tidak memberikan jawaban atas rencana pelaksanaan proyek tersebut. Malah, menurut salah seorang staf wali kota, pihaknya akan mengerahkan 1.500 personel demi terlaksananya proyek tersebut," kata Louis M Pakaila, Ketua Rukun Warga (RW) 17 Pondok Indah, sekaligus Kepala Humas Kelompok Peduli dan Tertib Lingkungan Pondok Indah, yang dihubungi SP, Selasa (18/9).

Dia mengatakan, telah terjadi pemaksaan dari pihak Pemkota Jaksel untuk tetap melaksanakan proyek tersebut, meskipun tanpa Amdal. "Ini jelas melanggar Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2007 mengenai Penataan Lingkungan dan Ruang Terbuka Hijau," katanya.

Mengenai tindakan warga PI menghadapi ancaman kehadiran massa dalam pelaksanaan proyek tersebut, Louis mengatakan, tidak akan khawatir dan mundur dalam mempertahankan lingkungan tempat tinggalnya. "Warga Pondok Indah lebih banyak dari mereka, jumlahnya pasti lebih dari 15.000 orang, yang terdiri dari lima RW. Kami akan menghalau pihak-pihak yang berusaha merusak lingkungan kami. Terlebih, rencana penebangan 520 pohon yang ada di Pondok Indah. Selain melanggar Undang-undang Lingkungan Hidup, ini juga merusak alam," tambahnya.

Louis menambahkan, ini kedua kalinya wali kota tidak memberikan jawaban atas rencana pelaksanaan proyek Busway Koridor VIII. "Deadlock pertama pada tanggal 11 September lalu, dan yang kedua pada Senin kemarin," katanya.

Selasa, hari ini, perwakilan warga akan bertemu dengan Wilmar Rizal Sitorus SH, selaku pengacara warga, untuk menandatangani pengajuan gugatan class action kepada pengadilan, termasuk menuntut sejumlah instansi yang bertanggung jawab atas proyek tersebut.

Sementara itu, Kepala Humas Wali Kota Jakarta Selatan, Hairul Jaidin menolak pernyataan atas pengerahan 1.500 massa untuk tetap melaksanakan proyek busway tersebut. "Pertemuan tersebut sifatnya musyawarah, tidak ada unsur ancam-mengancam. Mengenai Amdal, sejauh ini masih dalam proses dan membutuhkan waktu. Jadi, diharapkan warga bersabar dan menunggu saja," katanya. [MDM/N-6]

Tolak “Busway”, Warga Pondok Indah Seharusnya Malu

Warga Pondok Indah sebagai kaum mampu, orang kaya, harus malu kalau memprotes pembangunan busway koridor VIII. Karena pembangunan busway untuk orang banyak, kepentingan banyak orang dan orang kurang mampu.
“Bila dalam hal ini saja tidak mau berkorban bagaimana dengan hal lain,” kata Gubernur Jakarta Sutiyoso di Balai Kota, Senin (17/9) siang, sehubungan dengan protes warga Pondok Indah atas pembangunan busway koridor VIII. Bahkan, di kawasan itu dipasang poster dan kain putih di pohon-pohon sebagai tanda menolak busway melintasi kawasan orang mampu.

“Bila merasa macet dengan beroperasinya busway, bisa meninggalkan kendaraan pribadi dan menggunakan busway. Selain itu, proyek busway di kawasan Pondok Indah tidak mengurangi jalur yang ada. Untuk busway tidak harus mengambil jalur khusus, tapi cukup dengan jalur merah sehingga kendaraan lain pun bisa lewat,” katanya.
Bila alasan penebangan pohon, menurut Sutiyoso, hanya alasan saja. Baginya, tidak begitu saja menebang pohon. “Kita juga cinta lingkungan sehingga tidak main potong atau tebang pohon,” katanya.

Gubernur menegaskan, proyek busway khususnya koridor VIII Lebak Bulus- Harmoni yang melewati Pondok Indah akan jalan terus. “Kita hadapi saja kalau mereka menggugat. Karena yang kita bangun untuk rakyat banyak,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Jakarta, Wisnu Soebagio secara terpisah kepada SH mengatakan, pekerjaan fisik koridor VIII sudah mulai dilaksanakan dan akan jalan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.

Seperti diketahui, warga Pondok Indah Jakarta Selatan menolak busway melewati Pondok Indah. Alasannya, jalan di kawasan itu sudah kecil sehingga kalau diambil untuk busway akan semakin sempit. Dampak lebih jauh adalah kemacetan.
Bila jalanan macet maka jalan alternatif adalah melintasi permukiman sehingga kenyamanan dan ketenangan para penghuni di kawasan itu akan terganggu. Tidak hanya itu. Pohon-pohon terpaksa ditebang demi busway dan itu merusak lingkungan.

Jalan Terus
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo secara tegas mengatakan, proyek busway koridor VIII akan tetap jalan sesuai dengan rencana. Pemda Jakarta akan mendengarkan aspirasi warga tanpa harus mengabaikan proyek busway untuk kepentingan umum yang sudah diprogram.

Untuk kawasan sepanjang Pondok Indah, kata Fauzi, tidak harus mengambil jalur khusus sekaligus membatasi dengan separator. Sepanjang kawasan itu, tidak perlu separator dan cukup menggunakan jalur yang diberi warna merah tanpa separator. Dengan demikian, semua kendaraan termasuk kendaraan pribadi bisa lewat.

Mengenai kekhawatiran akan penebangan pohon, Fauzi Bowo mengatakan, tidak mungkin begitu saja menebang pohon hanya karena busway.(andreas piatu)SINAR HARAPAN

Warga Pondok Indah Tetap Tolak Busway

Amdal belum ada tapi proses pembangunan sudah dimulai.

Pemprov DKI Jakarta mengadakan pertemuan dengan warga Pondok Indah, kemarin (17/9). Pertemuan yang berlangsung di ruang rapat wali Kota Jakarta Selatan itu berakhir dead-lock atau buntu. Warga Pondok Indah tetap pada pendiriannya menolak pembangunan busway koridor VIII jurusan Lebak Bulus-Harmoni.

Pertemuan yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB berakhir tidak menyenangkan. Ketika pintu rapat terbuka pada pukul 12.00 WIB, belasan warga Pondok Indah berteriak meminta pemerintah tidak mengancam warga. "Rapat ini dead-lock," kata Louis M Pakaila, juru bicara warga Pondok Indah. "Kalau pemerintah memaksakan pembangunan, kami akan melawan," tegasnya seraya pergi meninggalkan ruang rapat.

Pembahasan dalam rapat tertutup itu tampaknya berlangsung panas. Ancaman yang dikatakan warga dijelaskan Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi, Darmaningtyas. "Warga mungkin panas terpancing perkataan saya," ujarnya. Darmaningtyas mengaku dia berkata bisa mengerahkan massa agar pembangunan busway koridor VIII dapat berjalan. Tapi, sambungnya, warga Pondok Indah mengancam terlebih dahulu akan menghentikan proyek pembangunan busway di Jalan Metro Pondok Indah.

"Ini bukan forum ancam-mengancam. Tapi kalau mereka mengancam saya juga bisa mengancam balik." tutur dia. Darmaningtyas mengaku sepaham dengan warga Pondok Indah bahwa pembangunan harus didahului analisis mengenai dampak atas lingkungan (amdal). Sehingga sembari menunggu amdal rampung, sebaiknya warga dan pemerintah duduk bersama merevisi desain busway koridor VIII.

Menurut Darmaningtyas, proses amdal untuk Jalan Metro Pondok Indah sepanjang 2,94 kilometer membutuhkan waktu yang tidak lama, sekitar dua pekan. Pemprov DKI memang salah karena terlambat mengerjakan amdal. Seharusnya pada Januari 2007 amdal sudah dibuat. Namun keterlambatan pembuatan amdal dinilainya bukan kesalahan dinas teknis. Pasalnya anggaran untuk itu baru saja cair. Selain meminta amdal, warga Pondok Indah meminta penangguhan pembangunan hingga tahun 2010. "Tapi waktu ditanya kenapa, jawabannya tidak argumentatif," kata Darmaningtyas.

Ketika rapat berlangsung sejumlah warga Pondok Indah berunjuk rasa di kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Salah satu permintaannya adalah memindahkan rute busway dari Jalan Metro Pondok Indah ke Jalan Ciputat Raya. Menanggapi permintaan itu, Darmaningtyas mengatakan akan mengusulkan agar pemprov juga membuat amdal di alternatif jalan selain Jalan Metro Pondok Indah. Kuasa hukum warga Pondok Indah, Wilmar Sitorus, mengatakan warga tidak pernah menolak busway. "Warga cuma meminta agar ada amdal sesuai undang-undang," ucap dia. Sekarang, lanjutnya, amdal belum ada tapi proses pembangunan sudah dimulai.

Apabila Pemprov DKI bersikeras melanjutkan proyek busway, Wilmar mengatakan warga Pondok Indah akan mengadakan perlawanan hukum maupun aksi di lapangan. Perlawanan hukum diawali dengan gugatan perdata atas Pemprov kemudian diteruskan dengan pengajuan class action. Mengenai perlawanan di lapangan, dikatakannya warga bisa saja memblokir Jalan Metro Pondok Indah. Sejumlah ruas Jalan Metro Pondok Indah memang sudah mulai dipenggal sebagai bagian dari pembangunan busway. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Nurachman, membenarkan hal tersebut. ''Busway koridor VIII harus berjalan. Sejauh ini amdal-nya sedang dalam proses pengajuan ke komisi terkait.'' [n ind] Republika

Fakta Angka
2,94 km - Panjang Jl Metro Pondok Indah

Sutiyoso: Ini Menguntungkan Warga

Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, meminta warga Perumahan Pondok Indah, Jakarta Selatan, bersikap legowo dengan menerima pembangunan jalur busway Koridor VIII yang melalui Jalan Metro Pondok Indah. Apalagi proyek tersebut tidak mengurangi ruas jalan yang sudah ada, begitu juga pohon-pohon tidak akan ditebang.

''Keberatan mereka itu tidak beralasan karena busway bisa juga dimanfaatkan oleh masyarakat elite. Contohnya, kalau jalanan sedang macet, mereka bisa meninggalkan mobil pribadinya dan beralih ke busway. Jadi angkutan ini bisa untuk semua kalangan,'' katanya, Senin (17/9), di Jakarta. Menurut gubernur, bila proyek bus TransJakarta sudah terwujud tidak hanya masyarakat kecil yang diuntungkan. Sebab dengan proyek itu menuju Harmoni melalui Lebak Bulus. Dengan demikian kalangan menengah ke atas seperti penghuni Perumahan Pondok Indah juga diuntungkan dengan keberadaan proyek tersebut.

Sutiyoso mengaku, pembangunan jalur busway koridor VIII takkan mengurangkan dua ruas jalan yang ada karena di jalur cepat untuk busway akan dibuatkan karpet merah dan tidak dilengkapi separator, sehingga kendaraan lain pun dapat melaluinya. ''Pohon-pohon juga tidak kita tebang, karena ada teknologi pemindahan pohon. Kita juga cinta lingkungan kok,'' tuturnya.

Warga memang mengancam akan melakukan gugatan class action kepada Pemprov DKI jika jalur tetap dibangun. Atas sikap warga kalangan atas ini, Sutiyoso meminta agar warga Pondok Indah jangan egois karena busway amat diminati masyarakat kelas menengah bawah. ''Membantu orang kecil kok gak mau,'' ungkapnya. [zak] REPUBLIKA

No comments: