Wednesday, September 19, 2007

Indah ajak kompromi

Warga Pondok Indah Bersedia Kompromi

Perlawanan warga Pondok Indah atas pembangunan busway koridor VIII bukan harga mati. Warga masih bersedia untuk berkompromi dengan Pemprov DKI Jakarta. "Tapi warga tidak terima kalau pemerintah main terabas saja tanpa sosialisasi sebelum membangun busway," tutur Wilmar Sitorus, kuasa hukum warga Pondok Indah, Selasa (18/9). Padahal warga membutuhkan penjelasan dan didengarkan opininya terlebih dulu oleh pemerintah.

Keberatan warga Pondok Indah ditanggapi Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Seperti dilansir Republika (18/9), Sutiyoso menilai keberatan warga tidak beralasan. Dia juga meminta agar warga tidak egois karena busway diminati warga golongan menengah ke bawah. "Bang Yos tidak bijak bilang begitu. Siapa yang arogan," tanya Wilmar. "Pemerintah atau warga," sambungnya. Warga tidak pernah menolak busway. Namun sebelum pembangunan dimulai, warga meminta pasal dalam UU Lingkungan Hidup dipatuhi, yakni membuat analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). [n ind]REPUBLIKA

Proyek ”Busway” Koridor VIII
518 Pohon di Pondok Indah Segera Ditebang

Oleh Andreas Piatu/Bachtiar

Pembangunan busway koridor VIII Lebak Bulus-Harmoni tetap dilaksanakan. Pemda akan memperlebar sekitar dua meter Jalan Pondok Indah dan menebang sedikitnya 518 pohon di kawasan tersebut.

Pada bagian lain, warga Pondok Indah yang keberatan wilayahnya dilewati jalur bus koridor VIII tersebut akan menempuh jalur hukum untuk menggugat Pemda Jakarta.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Jakarta Wishnu Soebagio kepada SH, Selasa (18/9) siang, rencana melebarkan jalan sekitar dua meter untuk busway dilakukan sebagai langkah bila ingin tetap mempertahankan jalur reguler dua ruas untuk kendaraan umum.

Menurutnya, pelebaran diambil dari median jalan dan trotoar. Dan, untuk proyek busway koridor VIII yang melintasi kawasan Pondok Indah sampai sekarang masih tetap dengan rencana semula, yakni melebarkan jalan untuk busway.
Meskipun ada busway, lanjut Wishnu, tidak perlu ada separator, cukup dengan memberi warna merah pada busway sehingga masih memungkinkan untuk kendaraan lain. Pelebaran jalan untuk proyek busway juga akan berlaku di koridor IX Cililitan-Tanjung Priok dan koridor X Cililitan-Pluit.
Hanya saja, yang paling panjang yang memerlukan pelebaran jalan di koridor VIII khususnya di sepanjang Pondok Indah. Ketika ditanya soal pohon yang akan menjadi korban, Wishnu hanya mengatakan, kalau jalan harus dilebarkan tentu ada pohon yang mesti ditebang.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertamanan Sarwo Handayani secara terpisah kepada SH mengatakan, sebanyak 518 pohon di kawasan sepanjang 1 km lebih Pondok Indah akan tergusur akibat proyek busway.
Kebanyakan pohon yang terkena adalah palem. Pohon yang terkena gusuran ini harus diganti. Lokasi penggantinya, lahan di luar pagar rumah kawasan Pondok Indah yang masih tersedia. “Lahan di luar pagar masih cukup untuk tanam pohon,” katanya.

Bahkan, pohon yang ditanam di depan rumah tidak harus palem dan bisa diganti dengan pohon lain. Alasannya, palem tidak cukup memberi kerindangan dan kesejukan lingkungan. Ketika ditanya, bagaimana bila warga menolak, Sarwo Handayani hanya mengatakan, pihaknya akan berusaha melakukan negosiasi dengan warga. Bila warga tetap tidak mau diganti pohon lain, bisa saja tetap menggunakan pohon palem.

Bila warga tidak bersedia lahan di luar pagar ditanam pohon, Yani dengan tegas mengatakan, lahan itu milik pemerintah bukan kepunyaan pemilik rumah sehingga tidak ada alasan untuk menolak ditanam pohon.

Sementara itu, warga Pondok Indah akan menempuh jalur hukum dengan menyiapkan gugatan terhadap Pemprov DKI terkait pembangunan busway koridor VIII, jurusan Harmoni–Lebak Bulus yang direncanakan melintasi Jalan Metro Pondok Indah, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Hal itu dikemukakan Wilimar Sitorus, kuasa hukum warga Pondok Indah saat jumpa pers di Bundaran Taman Pondok Indah, Selasa (18/9) sore.

“Jika pembangunan busway dimulai tanpa adanya AMDAL (Acuan Mutu Dampak Lingkungan) terlebih dahulu, kami akan melakukan gugatan terhadap Pemda Jakarta dan pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan koridor busway tersebut,” tambahnya.n REPUBLIKA

Suara Alternatif Warga Pondok Indah dan Sekitar

Pro dan kontra antara warga Pondok Indah atau PI, Jakarta Selatan, dan pihak pemerintah daerah soal jalur bus transjakarta jurusan Lebak Bulus-Harmoni juga menjadi perhatian warga sekitar. Mereka berharap masing-masing pihak sebaiknya bersikap bijak.

Ketua RT 01 RW 07 di permukiman Lebak Lestari Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Gunadi Jayasasmita mengatakan, masing-masing pihak sebaiknya bisa melihat masalah transportasi dengan lebih jernih dan bijak. Penyelesaian masalah itu jangan berujung pada soal kalah atau menang saja.

"Memang mungkin kemacetan tidak serta-merta langsung hilang dengan busway, tapi tanpa itu pun macet di bulevar Pondok Indah juga tetap akan makin parah. Tinggal tunggu waktunya sampai benar-benar berhenti," tutur Gunadi.

Dia menggarisbawahi, pemda harus betul-betul memenuhi janji, memberi kompensasi pohon- pohon yang terpaksa dikorbankan.

Sementara pengajar di Raffles Internasional Christian School PI, Merry (37), warga Bintaro, Tangerang, mengatakan pengadaan busway memang dibutuhkan publik dari berbagai kalangan. Namun, hal itu perlu diikuti dengan upaya pemerintah mengendalikan volume kendaraan bermotor di pasaran.

"Seharusnya kuota mobil dan motor juga dikendalikan. Semua mesti sama-sama mau mengertilah. Bagaimanapun, kalau nyaman, naik bus memang lebih enak," ujar Merry, yang juga pengguna kendaraan pribadi.

Hal itu senada dengan pendapat warga PI, Alam Wijono (60). Menurut dia, transportasi massal memang mendesak, tetapi pengadaannya harus dengan studi yang sangat komprehensif.

"Harus diikuti pula dengan kebijakan pengendalian volume kendaraan bermotor di pasaran, seperti di Singapura," kata Alam.

Han, warga PI di Jalan Pinang Perak, menambahkan, dia setuju dengan pembangunan Koridor VIII. Namun, jalur yang dibuat seharusnya diarahkan ke kawasan bisnis yang ramai, seperti di kawasan Sudirman-Thamrin (Koridor I).

"Mungkin kalau dibuat dari Lebak Bulus, PI, lalu bisa terkoneksi dengan Koridor I, akan lebih banyak yang tertarik. Boleh jadi banyak warga PI bakal mau memakai busway. Saya juga pasti mau. Kenapa harus ke Kebon Jeruk dulu lalu ke Harmoni?" ujar Han. (SF) REPUBLIKA

No comments: